“Orang membuat partai untuk berternak politisi. Nanti politisi ini diperas dari luar gitu. Ini tradisi totaliter, bukan tradisi demokrasi,” ujar Fahri dalam diskusinya di GeloraTV, Sabtu (12/1/2022) lalu.
Suara Wakil Ketua Partai Gelora berhasil menarik perhatian publik, elite partai politik dan pemerintah. Salah satunya soal pembubaran fraksi-fraksi di DPR yang dianggap hanya jadi alat kepentingan politik ketua umum partai atau elite politik.
Tidak hanya soal pembubaran fraksi, Fahri juga mengkritisi fungsi lembaga MPR yang hanya melakukan amandemen UUD 1945 dan melantik pimpinan negara lima tahun sekali. Fungsi ini dianggap tidak perlu lagi adanya lembaga ini, lantaran hanya menambah beban pengeluaran negara. Yang terbaru, mantan aktivis 98 ini juga mengkritisi insiden bentrok di Wadas, Jawa Tengah. Dia merasakan keresahan lemahnya oposisi di dalam dan luar parlemen.
Berangkat dari kritik dan ide gagasan Fahri, tentu mengundang banyak tanya publik, kemana muara suara rakyat di parlemen? Apakah para wakil rakyat kini lebih memihak elite partai dibandingkan suara rakyat? Kali ini, Adu Perspektif bersama Total Politik menghadirkan Wakil Ketua Umum Partai Gelora Fahri Hamzah, Politisi Budiman Sudjatmiko, Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno, politikus partai Gerrindra Andre Rosiade, Politisi senior PDI-P Panda Nababan, serta komika Aji Pratama.
Kami akan menguji gagasannya dalam tema ‘Parlemen Muara Suara Rakyat atau Elite?’, live pukul 20.00 WIB malam ini