Jakarta (daengnews) – Sesuai hasil pemeriksaan BPK RI terhadap Direktorat Jenderal Bea Cukai terdapat kekurangan penerimaan negara berupa PPN Sebesar Rpl.006.662.801,90 dan nilai cukai yang dianggap tidak dilunasi sebesar Rp114.163.734.260,00 yang ditimbulkan dari pelekatan pita cukai yang melewati jangka waktu pelekatannya pada Kantor Pusat DJBC.
Selama tahun anggaran 2013-2014 terdapat 2.642 Surat Keputusan Kepala KPPBC (SKEP) di seluruh Indonesia yang terdiri dari tahun 2013 sebanyak 1.406 surat, dan tahun 2014 sebanyak 1.236 surat. Seluruh surat keputusan tersebut dibandingkan dengan realisasi pelekatan (penggunaan pita cukai) yang dapat ditelusuri pada database CK-4C on line yang dibuat oleh pengusaha setiap hari, dan dilaporkan kepada KPPBC secara periodik. Selama tahun anggaran 2013-2014 terdapat 3.979 CK-4C yang telah diberitahukan, terdiri dari tahun 2013 sebanyak 2.213 pemberitahuan, dan tahun 2014 sebanyak 1.766 pemberitahuan.
Berdasarkan pemeriksaan BPK RI secara uji petik atas database CK-4C on line di Kantor Pusat DJBC menunjukkan bahwa pita cukai yang dilekatkan pada BKC yang tidak sesuai ketentuan, yaitu pita cukai dengan HJE yang lama sebanyak 39.687.084 kemasan selama tahun 2013 dan 2014 yang masih dilekatkan pita cukai lama walaupun sudah ada kenaikan tarif dan/atau HJE dan melewati tanggal I bulan berikutnya setelah berlakunya perubahan, atau dalam ha! ini setelah berlakunya SKEP Kepala KPPBC tentang Perubahan HJE BKC HT. Hal ini diketahui dari tanggal, bu Ian, dan tahun produksi HJE yang tercantum di database CK-4C on line.
Permasalahan tersebut berdampak pada kekurangan PPN sebesar Rpl.006.662.801 ,90 dan nilai cukai yang dianggap tidak dilunasi sebesar Rpl 14.163.734.260,00 dengan rincian sebagai berikut. Secara rinci nilai cukai yang dianggap tidak dilunasi sebesar Rpl 14.163.734.260,00 dan selisih PPN HT yang seharusnya dikenakan sebesar Rpl.006.662.801,90.
Berdasarkan uraian kondisi tersebut di atas, dapat dijelaskan bahwa pelunasan cukai oleh pengusaha BKC HT dengan cara pelekatan pita cukai harus dilakukan sesuai dengan ketentuan yang berlaku, yaitu harus dilekatkan pada kemasan penjualan eceran hasil tembakau yang sesuai dengan tarif cukai dan/atau Harga Jual Eceran hasil tembakau yang ada dalam kemasan, serta dilekatkan tidak melebihi batas waktu pelekatan pita cukai yang ditetapkan, sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 159/PMK.04/2009 dan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor P-39/BC/2009 tentang Pelekatan Pita Cukai Hasil Tembakau dan Minuman Mengandung Etil Alkohol.
Perubahan kebijakan tarif cukai dan HJE diatur dalam PMK l 79/PMK.04/2012 tentang Tarif Cukai yang dituangkan lebih Ian jut dalam Keputusan Kepala Kantor yang menetapkan tentang tarif cukai dan/atau HJE untuk masing-masing Pengusaha Pabrik basil tembakau sebagai dasar bagi para pengusaha dalam melakukan pelekatan pita cukai.
Ketentuan batasan HJE dan tarif cukai dalam PMK tersebut merupakan pedoman yang wajib bagi kepala kantor untuk menetapkan HJE dan tarif cukai yang berlaku bagi masing-masing pengusaha rokok. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 7 PMK l 79/PMK.04/2012 yang menyatakan bahwa tarif cukai masing-masing Pengusaha Pabrik hasil tembakau harus ditetapkan oleh Kepala Kantor dengan menerbitkan keputusan mengenai penetapan tarif cukai hasil tembakau.
Di samping itu, PMK 108/PMK.04/2008 sebagaimana diubah dengan PMK 159/PMK.04/2009 pada Pasal 7 ayat (2) menyatakan bahwa pita cukai yang dilekatkan pada BKC harus sesuai dengan tarif dan/atau HJE yang ada di dalam kemasan dan dilekatkan tidak melampaui batas waktu yang ditetapkan. Dalam hal BKC tersebut mengalami kenaikan tarif dan/atau HJE yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Penetapan Tarif dan/atau HJE oleh Kepala KPPBC, maka tarif dan/atau HJE atas BKC telah berubah, sehingga apabila BKC masih dilekatkan dengan pita cukai sebelum adanya Surat Keputusan Penetapan Tarif menyebabkan pita cukai dilekatkan pada BKC yang tidak sesuai dengan peruntukannya.
Permasalahan tersebut di atas mengakibatkan kekurangan penerimaan PPN sebesar Rp20.548.088.028,90 yang terdiri dari KPPBC TMP A Purwakarta sebesar Rp5.242.585 .748,00 (Rpl .908.634.329,00 + Rp3.333 .951.419,00).
KPPBC TMC Kudus sebesar Rpl.568.590.304,00 (Rpl.295.993.924,00 + Rpl0.115.280,00 + Rpl 70.459.100,00+ Rp92.022.000,00), KPPBC TMC Kediri sebesar Rpl 1.842.012.230,00, KPPBC TMC Malang sebesar Rpl.011.496.760,00 (Rp878.954.945,00 + RplOI.304.000,00 + Rp31.237.815 ,00), KPPBC Probolinggo sebesar Rp344.419.647,60,KPPBC Surakarta sebesar Rp33 l .936.466,40 dan KPPBC Tanjung Emas sebesar Rp207.046.872,90.
Selain itu kekurangan penerimaan cukai pada KPPBC TMC Kudus sebesar Rp2.965. 702.000,00 (Rp 1.666.966.000,00 + Rp 1.298. 736.000,00), Kekurangan penerimaan pajak rokok pada KPPBC TMC Kudus sebesar Rp 166.696.600,00, Kekurangan penerimaan sanksi administrasi yang seharusnya dikenakan pada KPPBC TMC Kudus sebesar Rp57.370.823 .200,00 (Rp8.668.223 .200,00 + Rp48. 702.600.000,00).
Nilai cukai yang dianggap tidak dilunasi karena perbedaan HJE dan tarif cukai sebesar Rp2.678.069.032.380,00 yang terdiri dari, KPPBC TMP A Purwakarta sebesar Rpl.125.771.455.600,00;
2) KPPBC TMC Kudus sebesar Rp201.525.600.240,00 (Rpl72.675 .890.640,00 + Rp2.667.145 .600,00 + Rp23.052.564.000,00 + Rp3 .130.000.000,00), KPPBC TMC Kediri sebesar Rpl .118.912.344.980,00, KPPBC TMC Malang sebesar Rp122.930.324.800,00 (Rp120.825.897.300,00 + Rp2. l 04.427 .500,00), KPPBC Probolinggo sebesar Rp38.659.348.200,00, KPPBC Surakarta sebesar Rp48.604.982.580,00 dan
KPPBC Tanjung Emas sebesar Rp21.664.975 .980,00 serta Potensi pita cukai dilekatkan pada BKC yang tidak sesuai peruntukan sebanyak 216.000 keping.
BPK merekomendasikan Dirjen Bea Cukai agar Memberikan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku kepada para Kepala KPPBC terkait yang agar lebih cermat dalam melakukan pengawasan terkait batas waktu pelekatan pita cukai yang telah mengalami perubahan tarif dan/atau HJE, Memberikan pembinaan sesuai ketentuan yang berlaku kepada Kepala KPPBC TMPA Purwakarta agar lebih cermat dalam memberikan persetujuan penerbitan ijin pemindahlekatan pita cukai.
Menagih kekurangan penerimaan negara berupa PPN yang berasal dari selisih kenaikan HJE dan/atau tarif sebesar Rp20.548.088.028,90, kekurangan penerimaan cukai sebesar Rp2.965.702.000,00, pajak rokok sebesar Rpl66.696.600,00, dan sanksi administrasi sebesar Rp57.370.823.200,00 dan Menertibkan pelekatan pita cukai yang tidak sesuai dengan peruntukkannya clan menindaklanjuti cukai yang dianggap tidak dilunasi sebesar Rp2.678.069.032.380,00 sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (MAS)